BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jaringan dalam biologi adalah
sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan
yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama
membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang dinamakan
histologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya bentuk dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi.
Histologi adalah bidang biologi yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada
sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu
anatomi mikroskopis.
Histopatologi adalah cabang biologi
yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit.
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil
pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Histopatologi dapat dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara)
atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan
kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu
penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Bidang biologi ini amat
berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang
sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.
B. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui kelainan yang terdapat pada jaringan hewan
2. Untuk
mengetahui kelainan yang terdapat pada jaringan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelainan
pada Jaringan Hewan
1.
Rabies
Merupakan penyakit hewan menular
yang disebabkan oleh virus dan dapat menular pada orang. Karena itu, rabies di
kategorikan sebagai penyakit zoonotik. Agen penyebab penyakit ini memiliki daya
tarik kuat untuk menginfeksi jaringan saraf yang menyebabkan terjadinya
peradangan pada otak atau ensefalitis, sehingga berakibat fatal bagi hewan
ataupun manusia yang tertular. Sejak lama penyakit ini telah dikenal oleh
masyarakat dan diketahui telah tersebar secara luas di berbagai belahan dunia,
bahkan daerah penyebarannya dari waktu ke waktu selalu bertambah luas. Salah
satu bukti telah dikenalnya secara luas di dunia adalah dengan disebutnya
penyakit ini dalam berbagai bahasa sesuai dengan bahasa masyarakat setempat
dimana penyakit ini ditemukan. Istilah yang paling umum dipakai secara
internasional adalah rabies. Asal kata rabies sendiri dari bahasa latin rabere
atau rabbia. Istilah latin yang kemudian berkembang menjadi sebutan rabies ini
pada awal mulanya diperkirakan berasal dari bahasa Sansekreta kuno rabhas yang
berarti mengamuk, karena gejala klinis terutama pada anjing ditandai oleh
keganasan gejala yang nyata dan menakutkan.
Morbiditas utama akibat gigitan
hewan adalah infeksi atau luka parut. Rabies harus dipikirkan pada setiap
gigitan hewan berdarah panas, tetapi hampir tidak terdapat pada populasi hewan
domestik di Amerika Serikat. Rabies terdapat pada hewan liar, terutama
kelelawar, rakun, dan sigung atau anjing dari Meksiko atau Amerika Latin, Asia,
atau Afrika. Rabies sangat jarang ditemukan pada hewan pengerat (seperti
bajing, tikus, atau mencit).
2. Paralisa
Paralisa
adalah suatu kelumpuhan dikarenakan gangguan pada saraf obturatoria yang pada
akhirnya satu atau dua kaki belakang lumpuh dan hewan tidak bisa berdiri.
Paralisa biasanya terjadi pada sapi terutama sapi perah yang mempunyai produksi
susu tinggi tetapi bisa juga terjadi pada kuda, kambing, domba dan
anjing.Penyebab utama kasus ini karena kusulitan melahirkan pada hewan betina
tetapi bisa juga pada hewan bunting tua karena fetus yang mendesak saraf
obturatoria. Luka saraf obturatoria bias juga terjadi karena fraktura tulang
pelvis, adanya pertumbuhan tulang baru(Callus) dari pelvis yangmengalami
fraktur atau adanya tumor pada tulang pelvis. Pada saat terjadi distokia dimana
penanganannya kurang tepat atau fetus lama berada di jalan lahir sehingga
menekan saraf ini akan menyebabkan paralisa. Setelah partus bila gangguan saraf
terjadi pada salah satu kaki (Unilateral) hewan masih bias berdiri walau
sempoyongan tetapi ketika terjadi pada kedua kaki belakang induk tidak bias
berdiri. Bila penyakitnya masih kut hewan masih mau memamahbiak, nafsu makan
normal dan pernafasan dan denyut jantung juga normal.
Kesembuhan
tergantung penyebabnya bila dikarenakan fraktur tulang pelvis akan menyebabkan
gangguan saraf yang berat, dan penyembuhan sangat sukar. Bila adanya tumor pada
tulang pelvis penanganan operatif juga sukar.
Pengobatan ditujukan pada pemberian pakan dengan
ransum yang baik. Jika induk masih bisa berdiri walaupun harus di bantun sapi
harus sering dilatih berdiri sampai sapi bisa berdiri normal lagi. Untuk
mencegah komplikasi adanya luka di sekitar kaki karena hewan berbaring maka
pemberian bedding berupa jerami kering perlu dilakukan dan juga pembalikan
badan kekanan kekiri untuk mencegah dekubitas.
3.
Kemajiran
Kemajiran adalah
suatu keadaan yang ditandai proses reproduksi yang tidak berjalan secara normal
disebabkan oleh satu atau banyak faktor, yang terjadi baik pada ternak betina
maupun jantan. Efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka
kebuntingan dapat mencapai 65%-75%; jarak antar melahirkan tidak melebihi 12
bulan atau 365 hari; waktu melahirkan sampai terjadinya kebuntingan kembali
60-90 hari; Angka perkawinan per kebuntingan 1,65 dan angka kelahiran 45%-65%
(Hardjopranjoto 1995). Kasus gangguan reproduksi sudah merupakan hal yang umum
terjadi pada semua peternakan dimanapun peternakan itu berada, walaupun telah
dilakukan penanggulangan dengan teknik yang mutakhir seperti halnya di
negara-negara yang telah maju. Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan proses
reproduksi pada ternak, faktor tersebut dapat dibagi dalam 6 kelompok, yaitu :
1. Kelompok
ternak yang menderita gangguan keseimbangan hormon, khususnya hormon
reproduksi, gangguan hormonal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai sebab,
seperti kurangnya makanan berkualitas atau bergizi yang diperlukan pada masa
pertumbuhan ternak tersebut dan bisa juga karena kondisi lingkungan yang kurang
mendukung bagi ternak yang ingin dikembangkan.
2. Kelompok
ternak yang memperoleh pengelolaan yang kurang baik atau kurang perawatan
(salah urus) oleh pemiliknya. Pengelolaan yang kurang baik dapat terjadi
misalnya tindakan deteksi birahi yang kurang baik, pemberian pakan yang kurang
baik secara kuantitas maupun kualitas, ternak tidak pernah dikeluarkan dari kandang
sehingga kurang bergerak, kondisi kandang yang terlalu sempit, tertutup dan
lembab, serta berbagai sebab dan perlakuan yang dapat menyebabkan ternak
mengalami gangguan pada masa pertumbuhannya.
3. Kelompok
ternak yang menderita penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
organ-organ reproduksinya, berbagai agen penyakit yang menyebabkan gangguan
reproduksi seperti :
a.
Bakteri
(Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis, Listeriosis).
b. Virus (IBR,
IPV, BVD, Blue Tongue dan Epivag)
c.
Infeksi
Protozoa (Trichomoniasis).
d. Infeksi
Jamur (Aspergilosis).
e.
Infeksi yang
lain termasuk mikoplasma (Micoplasma).
4. Kelompok
ternak yang menderita kelainan anatomi pada organ reproduksi yang bersifat
menurun (genetik).
5. Kelompok
ternak yang menderita kelainan patologi pada organ reproduksi, bisa akibat agen
penyakit maupun traumatik karena kesalahan perlakuan pada organ reproduksi.
6. Kelompok
ternak yang dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung, kondisi
perkandangan maupun konsi alam diluar kandang yang kurang pas untuk
pengembangan jenis ternak sapi tertentu.
Dalam mempengaruhi proses reproduksi
faktor diatas dapat bersifat tunggal namun dapat pula bersifat majemuk, kasus
gangguan reproduksi ini kadang tanda-tanda kemunculannya dapat diamati dengan
jelas seperti sapi tidak mengalami birahi pada perkiraan masa umurnya untuk
birahi, tetapi tidak jarang kondisi atau tanda-tanda ini tidak teramati atau
sukar di kenali oleh peternak/pemiliknya, sehingga gangguan reproduksi tersebut
dapat menimbulkan kerugian bagi peternak
4.
Penyakit
Mulut atau Penyakit Kuku
Penyakit Mulut atau Penyakit Kuku
adalah penyakit akut dan sangat menular pada sapi, kerbau, kambing domba
dan hewan berkuku genap lainnya. Infeksi ditandai dengan pembentukan lepuh,
lekuk koroner kaki dan puting susu. Penyebab dari penyakit ini adalah virus.
Keganasan virus tergantung dari umur hewan dan
adaptasi ke suatu jenis hewan. Virus akan tahan berbulan-bulan pada jaringan
seperti darah, sumsum, limfa. Sedangkan pada jaringan daging virus cepat mati
karena cepat mengalami pengasaman. Virus tidak tahan terhadap pH asam dan
alkalis, panas, sinar ultraviolet dan beberapa zat kimia dan desinfektan. Virus
dapat tahan berbulan –bulan pada bahan yang mengandung protein, tahan
kekeringan dan dingin. Gejala penyakit menyerang adalah tubuh lesu, suhu tubuh
mencapai 41 celcius, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, penyusutan berat
badan, penurunan produksi susu.
Tanda-tanda khas : lepuh-lepuh berupa penonjolan bulat yang berisi cairan
seperti limfa. Lepuh primer mulai terlihat 1-5 hari setelah infeksi dapat
tersebar di ruang mulut, terutama lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam,
gusi, selaput lendir mata.
Luka-luka pada kaki menyebabkan hewan enggan
berdiridan kuku dapat terlepas, sedang luka pada lidah menyebabkan hewan enggan
makan.
Gangguan lainnya : gangguan
pernafasan kronis, infeksi kronis pada kuku.
Kelainan yang terjadi pasca kematian terjadi
lepuh pada bagian perut, mulut dan bisa terjadi kelainan pada jantung.
5.
Mastitis
atau Radang Susu
Kelainan pada fisik hewan ternak
yang mengalami mastitis ini dapat dilihat pada bentuk susu yang tidak normal
pada kambing yang terserang penyakit akibat bakteri streptococcus agalactiae
ini. serangan mastitis pada hewan ternak kambing ini disebabkan radang atau
infeksi yang menyerang saat kambing menyusui anaknya tingkatan penyakit ini
berlangsung secara akut sub akut hingga kronis.
Hewan jenis kambing yang terserang mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah
sel dalam air susu faktor penyebab lain dari penyakit mastitis adalah kurangnya
kebersihan dalam kandang hewan sehingga akan mempengaruhi tingkat kekebalan
hewan sendiri.
Meski penyakit mastitis atau radang susu, hanya
menyerang ternak kambing betina yang tidak menjadi syarat sebagai hewan kurban,
serta tidak berbahaya bagi manusia yang menkomsumsinya.
B.
Kelainan
pada jaringan Manusia
1.
Kelainan
pada jaringan epitelium
·
Osteoartitis
Pada penderita Osteoartitis biasanya
bermula dari kelainan pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan,
seperti kolagen (serabut protein yang kuat pada jaringan ikat), dan
proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting pada tulang rawan). Akibat dari
kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan membentuk
retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam
sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang
bersangkutan menjadi rapuh. Tubuh kita akan berusaha untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Tetapi perbaikan yang dilakukan oleh tubuh mungkin tidak
memadai, mengakibatkan timbulnya benjolan pada pinggiran sendi (osteofit) yang
terasa nyeri.
Pada akhirnya permukaan tulang rawan
akan berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang sehingga sendi tidak lagi bisa
bergerak secara halus. Semua komponen yang ada pada sendi (tulang, kapsul
sendi, jaringan sinovial, tendon, dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan
terjadi kekakuan sendi.
Penyebab pasti dari terjadinya semua kelainan ini
sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor
risiko yang memungkinkan seseorang untuk menderita osteoartritis, yaitu:
·
Umur
Kemungkinan seseorang mengidap osteoartritis makin
bertambah seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
·
Berat badan
Makin tinggi berat badan seseorang, makin besar
kemungkinan seseorang untuk menderita osteoartritis. Hal ini disebabkan karena
seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang diterima oleh
sendi pada tubuh makin besar.
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara
berlebihan
Orang-orang yang pekerjaanya berhubungan dengan
aktivitas yang membutuhkan pengulangan gerakan secara terus menerus, seperti
atlet, operator mesin, mempunyai risiko tinggi untuk menderita osteoartritis.
·
Kelemahan
pada otot
Kelemahan pada otot-otot di sekeliling sendi dapat
menyebabkan terjadinya osteoartritis.
Penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan
struktur normal pada tulang rawan seperti rematoid artritis, hemokromatosis,
gout, akromegali, dan sebagainya
2.
Kelainan
Jaringan Ikat
·
Sindroma
Ehlers-Danlos
Pada penyakit tertentu, misalnya
sindroma Ehlers-Danlos, terdapat kolagen (serat protein yang kuat di dalam
jaringan ikat) yang lemah. Kolagen mengelilingi dan menyokong pembuluh darah yang
melewati jaringan ikat, karena itu kelainan pada kolagen bisa menyebabkan
pembuluh darah sangat peka terhadap robekan. Tidak ada pengobatan khusus,
penderita sebaiknya menghindari cedera dan jika terjadi perdarahan harus segera
diatasi.
Penyebab tidak terjadinya bekuan darah:
1. Trombositopenia
: konsentrasi trombosit yang rendah di dalam darah
2. Penyakit von
Willebrand : trombosit tidak melekat pada lubang di dinding pembuluh darah
3. Penyakit
trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk membentuk
suatu sumbatan
4. Hemofilia :
tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
5. DIC
(disseminated intravascular coagulation) : kekurangan faktor pembekuan karena
pembekuan yang berlebihan.
·
Hipohidrotik
Ectodermal
Kebanyakan kasus hipohidrotik
ectodermal displasia disebabkan oleh mutasi pada gen EDA yang diwariskan dalam
kromosom X resesif. Karena peyakit ini dibawa oleh kromosom X, maka
penderitanya lebih banyak terjadi pada kaum laki-laki yang hanya memiliki satu
kromosom X sedangkan pada perempuan harus terjadi di dua kromosom X nya.
Pada perempuan, jika hanya
satu kromosom saja yang bermutasi maka dirinya menjadi carrier (pembawa gen).
Sekitar 70 persen kasus yang terjadi adalah pembawa gen (carrier) dengan adanya
tanda-tanda atau gejala yang ringan seperti beberapa gigi yang hilang atau
tidak normal, rambut tipis dan beberapa masalah fungsi kelenjar keringat.
Kasus yang paling banyak tejadi adalah orangtuanya sebagai pembawa gen dan
tidak menyadari bahwa dirinya adalah individu dengan kelainan kromosom karena
tidak menunjukkan gejala atau tanda.
Penyakit ini bisa dideteksi sejak masih bayi dengan
menunjukkan 3 gejala, yaitu:
1. Hipotrichosis,
yaitu memiliki rambut yang tipis atau ringan dan berpigmen.
2. Hipohidrosis,
yaitu berkurangnya kemampuan untuk berkeringat serta sering mengalami suhu
panas dalam tubuh (hipertermia).
3. Hipodontia,
yaitu gigi lebih kecil dari ukuran rata-rata, mengembangkan 9 gigi permanen
terutama taring dan geraham serta melakukan pemeriksaan radiografi gigi.
Sampai saat ini belum ada pengobatan khusus yang bisa diberikan untuk penderita
gangguan ini. Tapi pasien bisa melakukan beberapa perawatan seperti:
1. Membasuh
tubuh dengan air dingin atau semprotan air untuk menjaga agar suhu tubuh tetap
normal.
2. Usahakan
untuk tinggal di daerah dengan iklim yang lebih dingin.
3. Menggunakan
rambut dan gigi palsu untuk memperbaiki penampilan.
4. Menggunakan
air mata buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan dan robeknya selaput mata.
5. Menggunakan
semprotan hidung saline untuk menghilangkan kotoran dan mencegah infeksi.
3.
Kelainan
pada Jaringan Saraf
Kelainan atau penyakit
pada sistem regulasi meliputi saraf, endokrin dan pengindraan. Kelainan
penyakit antara lain:
1. Radang dingin, yaitu
aliran darah tidak sampai pada bagian tubuh yang terserang sehingga bagian
tubuh itu dapat mati.
2. Epilepsi, yaitu suatu
keadaan, bukan suatu penyakit, serangan muncul jika otak, atau bagian dari otak
tiba-tiba berhenti bekerja sebagaimana mestinya selama beberapa saat.
3. Nyeri, yaitu perasaan
tidak enak yang mengisyaratkan kepada kita tentang adanya cedera pada tubuh
kita.
4. Eksem, yaitu sejenis
gangguan pada kulit, bagian kulit yang terkena eksem akan melepuh, kering dan
pecah-pecah dan timbul benjolanbenjolan kecil.
4.
Kelainan
pada jaringan otot
Gangguan pada Sistem Otot, otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia
sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada
otot dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti berikut ini:
·
Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi
otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis yaitu penyakit
yang disebabkan oleh virus. Virus ini menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi
otot ke anggota gerak bawah.
·
Hipertrofi
Hipertrofi merupakan otot yang
berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi disebabkan aktivitas
otot yang kuat sehingga diameter serabut-serabut otot membesar
·
Hernia
abdominalis
Hernia abdominalis merupakan
sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut
·
Tetanus
Tetanus merupakan otot yang
mengalami kekejangan karena secara terus-menerus berkontraksi sehingga tidak mampu
lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka yang terinfeksi oleh bakteri
Clostridium tetani.
·
Distrofi
otot
Distrofi otot merupakan penyakit
kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini merupakan penyakit
yang disebabkan adanya cacat genetik.
·
Miastenia
gravis
Miastenia gravis merupakan otot yang
secara berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini
disebabkan oleh hormon tiroid dan sistem imunitas yang tidak berfungsi
dengan normal.
BAB III
KESIMPULAN
Histopatologi adalah cabang biologi
yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit.
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil
pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Kelainan yang terdapat pada jaringan
hewan diantaranya adalah rabies, paralisa, kemajiran, penyakit mulut
atau penyakit kuku, dan mastitis atau radang susu.
Kelainan yang terdapat pada jaringan
manusia diantaranya pada jaringan epitelium adalah osteoartitis. Contoh
kelainan pada jaringan ikat yaitu sindroma Ehlers-Danlos, hipohidrotik
ectodermal. Adapun contoh dari kelainan pada
jaringan saraf yaitu radang dingin, epilepsy,
nyeri, dan eksem.
Selain itu, ada juga contoh kelainan dari jaringan otot yaitu atrofi,
hipertrofihernia abdominalis, tetanus, distrofi otot, dan miastenia gravis.
DAFTAR PUSTAKA
Novianti, Rintis. 2005. Kamus Biologi Bergambar.
Jakarta: Erlangga
Saktiyono. 1989. Biologi 2
Program Ilmu-ilmu Biologi untuk Kelas 2 SMA. Klaten: PT Intan Pariwara
Suwarno. 2009. Panduan
Pembelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
. 2009. Serba
Tahu Tentang SAINS Rangkuman Pengetahuan SAINS Lengkap. Yogyakarta: Tugu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar