Rabu, 08 Januari 2014

Ketika Guru Malas Mengajar



Oleh : Rhezha Hussein, S.Pd. M.Si.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menemukan sekitar 500 ribu guru masih malas mengajar. Jumlah ini merata di seluruh daerah, baik kota besar maupun kecil (Indo Pos, 2013).
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai alasan-alasan pasti di balik banyaknya guru yang malas mengajar. Tetapi setidaknya pada saat sekarang kita bisa membuat dugaan sementara (hipotesa) apa saja faktor-faktor penyebab malasnya guru masuk kelas.
Pertama, rendahnya penguasaan materi pelajaran. Guru yang tidak menguasai pelajaran lambat laun akan kewalahan menghadapi siswa-siswinya di kelas. Pada akhirnya apabila persoalan rendahnya penguasaan materi pelajaran ini tidak ditanggulangi dengan segera, maka akan mengakibatkan guru malas masuk mengajar.
Kedua, tidak menguasai metode mengajar. Penguasaan materi pelajaran saja tidak cukup. Guru juga harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik. Sehingga, penguasaan metode mengajar yang inovatif dan bervariasi mutlak dikuasai oleh guru. Minimnya variasi mengajar guru mengakibatkan siswa cepat bosan. Kebosanan siswa pada akhirnya akan menjangkiti guru.
Ketiga, pengaruh lingkungan. Seorang guru muda baru lulus dan memiliki semangat mengajar yang tinggi secara tidak sadar dapat menjadi guru pemalas apabila berada pada sekolah yang tidak disiplin. Masuk atau tidak masuk kelas tidak pernah dipermasalahkan. Berada di lingkungan yang demikian akan membuat seorang guru idealis menjadi guru pemalas.
Keempat, faktor keluarga. Alasan keluarga tidak jarang membuat seorang guru tidak masuk kelas untuk memenuhi kewajibannya memberikan pelajaran kepada siswa-siswinya. Anak si guru yang sakit secara tiba-tiba, sementara si guru tidak punya siapa-siapa untuk membawa si anak ke rumah sakit.
Kelima, guru memiliki usaha lain yang lebih menjanjikan secara finansial. Dengan adanya usaha sampingan ini membuat guru kehilangan fokus terhadap profesi utamanya sebagai pengajar. Mengajar hanya dijadikan pekerjaan sampingan, sementara bisnis atau usahanyalah yang diutamakan.
Terakhir, rendahnya komitmen guru. Apapun nampaknya dapat dijadikan guru sebagai alasan di balik malasnya si guru mengajar. Tempat tinggal yang jauh dan sejuta alasan lain bisa keluar dari mulut guru yang memiliki komitmen rendah.
Mencari Solusi yang Tepat
Banyak yang berharap dengan adanya sertifikasi guru, maka perilaku negatif guru yang salah satunya adalah malasnya guru mengajar akan segera teratasi. Tetapi, harapan itu nampaknya masih belum menjadi kenyataan. Buktinya, masih banyak guru yang malas mengajar termasuk guru-guru yang sudah menerima tunjangan profesi pendidik.
Hanya menyalahkan guru mungkin tidak akan menyelesaikan persoalan. Pemerintah harus mencari faktor-faktor pasti penyebab malasnya guru mengajar dan mencarikan solusi yang tepat agar di kemudian hari tidak ada lagi guru yang malas mengajar.
Penulis dalam artikel ini mencoba memberikan solusi alternatif untuk mengatasi persoalan malasnya guru mengajar.
Solusinya antara lain adalah meningkatkan kompetensi guru baik penguasaan materi pelajaran dan metode pengajaran. Semua guru harus terus meng-upgrade pengetahuannya agar tidak ketinggalan zaman (out of date).
Metode dan teknik pengajaran terbaru harus dikuasai oleh guru. Ini untuk mengantisipasi berubahnya pola belajar siswa sekarang yang pastinya sangat jauh berbeda dengan ketika guru masih menjadi siswa.
Penguasaan kompetensi materi pelajaran dan metode pengajaran juga harus diikuti dengan penguasaan teknologi informasi. Guru harus dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Kemudahan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi informasi niscaya akan membuat guru betah mengajar dan siswa rajin belajar.
Solusi lain adalah perlunya penyegaran. Guru yang mengajar hanya di satu sekolah sepanjang karir mengajarnya memiliki kecenderungan untuk menjadi guru yang malas mengajar. Rutinitas yang sama selama bertahun-tahun membuat guru tersebut kehilangan kreatifitas dan inovasi dalam mengajar. Pengaruhnya akan terasa dalam proses belajar mengajar di kelas yang menjadi semakin hambar dari hari ke hari.
Dengan demikian diperlukan penyegaran dengan program mutasi guru. Apabila seorang guru sudah mengajar selama bertahun-tahun, sudah waktunya bagi guru tersebut datang ke sekolah baru untuk menyambut tantangan baru dengan semangat baru. Di sekolah baru guru tersebut akan memiliki pengalaman baru dan teman sejawat baru.
Tindak Tegas Guru Pemalas
Pemerintah harus mengambil langkah yang tepat dan bijaksana atas temuan banyaknya guru yang malas mengajar tersebut. Jika tidak maka tidak menutup kemungkinan angka guru yang malasa mengajar bukannya berkurang melainkan semakin meningkat. Hal tersebut tentu saja tidak boleh terjadi.
Tindakan tegas terhadap guru pemalas sangat diperlukan. Apabila si guru pemalas lebih mementingkan bisnis atau usaha pribadinya alangkah baiknya pemerintah bersikap tegas. Si guru disuruh memilih mana tetap menjadi guru PNS atau memilih menjadi pengusaha. Ini perlu dilakukan, terlebih sekarang guru sudah mendapat tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok.
Terhadap guru yang rendah komitmennya tindakan tegas juga sangat diperlukan. Mereka harus meningkatkan komitmen terhadap profesi guru yang dipilih, jika tidak mereka dipersilahkan untuk memilih profesi lain yang lebih menarik minat mereka.
Pemerintah berkewajiban meningkatkan kompetensi dan kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Perlu pemerataan kesempatan memperoleh penataran atau pendidikan pelatihan (diklat). Tidak seperti yang terjadi sekarang yaitu adanya kesenjangan kesempatan mengikuti penataran dan diklat bagi guru. Ada guru yang menjadi spesialis penataran dan diklat karena setiap ada kegiatan penataran atau diklat si guru tersebut yang selalu dikirim. Sementara ada guru lain yang jarang bahkan tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti penataran dan diklat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar