Oleh : Rhezha Hussein, S.Pd.
M.Si.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menemukan
sekitar 500 ribu guru masih malas mengajar. Jumlah ini merata di seluruh
daerah, baik kota besar maupun kecil (Indo Pos, 2013).
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai alasan-alasan
pasti di balik banyaknya guru yang malas mengajar. Tetapi setidaknya pada saat
sekarang kita bisa membuat dugaan sementara (hipotesa) apa saja faktor-faktor
penyebab malasnya guru masuk kelas.
Pertama, rendahnya penguasaan materi pelajaran. Guru yang
tidak menguasai pelajaran lambat laun akan kewalahan menghadapi siswa-siswinya
di kelas. Pada akhirnya apabila persoalan rendahnya penguasaan materi pelajaran
ini tidak ditanggulangi dengan segera, maka akan mengakibatkan guru malas masuk
mengajar.
Kedua, tidak menguasai metode mengajar. Penguasaan materi
pelajaran saja tidak cukup. Guru juga harus mempunyai kemampuan mengajar yang
baik. Sehingga, penguasaan metode mengajar yang inovatif dan bervariasi mutlak
dikuasai oleh guru. Minimnya variasi mengajar guru mengakibatkan siswa cepat
bosan. Kebosanan siswa pada akhirnya akan menjangkiti guru.
Ketiga, pengaruh lingkungan. Seorang guru muda baru lulus
dan memiliki semangat mengajar yang tinggi secara tidak sadar dapat menjadi
guru pemalas apabila berada pada sekolah yang tidak disiplin. Masuk atau tidak
masuk kelas tidak pernah dipermasalahkan. Berada di lingkungan yang demikian
akan membuat seorang guru idealis menjadi guru pemalas.
Keempat, faktor keluarga. Alasan keluarga tidak jarang
membuat seorang guru tidak masuk kelas untuk memenuhi kewajibannya memberikan
pelajaran kepada siswa-siswinya. Anak si guru yang sakit secara tiba-tiba,
sementara si guru tidak punya siapa-siapa untuk membawa si anak ke rumah sakit.
Kelima, guru memiliki usaha lain yang lebih menjanjikan
secara finansial. Dengan adanya usaha sampingan ini membuat guru kehilangan
fokus terhadap profesi utamanya sebagai pengajar. Mengajar hanya dijadikan
pekerjaan sampingan, sementara bisnis atau usahanyalah yang diutamakan.
Terakhir, rendahnya komitmen guru. Apapun nampaknya dapat
dijadikan guru sebagai alasan di balik malasnya si guru mengajar. Tempat
tinggal yang jauh dan sejuta alasan lain bisa keluar dari mulut guru yang
memiliki komitmen rendah.
Mencari Solusi yang Tepat
Banyak yang berharap dengan adanya sertifikasi guru, maka
perilaku negatif guru yang salah satunya adalah malasnya guru mengajar akan
segera teratasi. Tetapi, harapan itu nampaknya masih belum menjadi kenyataan.
Buktinya, masih banyak guru yang malas mengajar termasuk guru-guru yang sudah
menerima tunjangan profesi pendidik.
Hanya menyalahkan guru mungkin tidak akan menyelesaikan
persoalan. Pemerintah harus mencari faktor-faktor pasti penyebab malasnya guru
mengajar dan mencarikan solusi yang tepat agar di kemudian hari tidak ada lagi
guru yang malas mengajar.
Penulis dalam artikel ini mencoba memberikan solusi
alternatif untuk mengatasi persoalan malasnya guru mengajar.
Solusinya antara lain adalah meningkatkan kompetensi guru
baik penguasaan materi pelajaran dan metode pengajaran. Semua guru harus terus
meng-upgrade pengetahuannya agar tidak ketinggalan zaman (out of date).
Metode dan teknik pengajaran terbaru harus dikuasai oleh
guru. Ini untuk mengantisipasi berubahnya pola belajar siswa sekarang yang
pastinya sangat jauh berbeda dengan ketika guru masih menjadi siswa.
Penguasaan kompetensi materi pelajaran dan metode pengajaran
juga harus diikuti dengan penguasaan teknologi informasi. Guru harus dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini dalam proses belajar mengajar di
kelas. Kemudahan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi informasi niscaya
akan membuat guru betah mengajar dan siswa rajin belajar.
Solusi lain adalah perlunya penyegaran. Guru yang mengajar
hanya di satu sekolah sepanjang karir mengajarnya memiliki kecenderungan untuk
menjadi guru yang malas mengajar. Rutinitas yang sama selama bertahun-tahun
membuat guru tersebut kehilangan kreatifitas dan inovasi dalam mengajar.
Pengaruhnya akan terasa dalam proses belajar mengajar di kelas yang menjadi
semakin hambar dari hari ke hari.
Dengan demikian diperlukan penyegaran dengan program mutasi
guru. Apabila seorang guru sudah mengajar selama bertahun-tahun, sudah waktunya
bagi guru tersebut datang ke sekolah baru untuk menyambut tantangan baru dengan
semangat baru. Di sekolah baru guru tersebut akan memiliki pengalaman baru dan
teman sejawat baru.
Tindak Tegas Guru Pemalas
Pemerintah harus mengambil langkah yang tepat dan bijaksana
atas temuan banyaknya guru yang malas mengajar tersebut. Jika tidak maka tidak
menutup kemungkinan angka guru yang malasa mengajar bukannya berkurang melainkan
semakin meningkat. Hal tersebut tentu saja tidak boleh terjadi.
Tindakan tegas terhadap guru pemalas sangat diperlukan.
Apabila si guru pemalas lebih mementingkan bisnis atau usaha pribadinya
alangkah baiknya pemerintah bersikap tegas. Si guru disuruh memilih mana tetap
menjadi guru PNS atau memilih menjadi pengusaha. Ini perlu dilakukan, terlebih
sekarang guru sudah mendapat tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji
pokok.
Terhadap guru yang rendah komitmennya tindakan tegas juga
sangat diperlukan. Mereka harus meningkatkan komitmen terhadap profesi guru
yang dipilih, jika tidak mereka dipersilahkan untuk memilih profesi lain yang
lebih menarik minat mereka.
Pemerintah berkewajiban meningkatkan kompetensi dan
kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Perlu pemerataan kesempatan
memperoleh penataran atau pendidikan pelatihan (diklat). Tidak seperti yang
terjadi sekarang yaitu adanya kesenjangan kesempatan mengikuti penataran dan
diklat bagi guru. Ada guru yang menjadi spesialis penataran dan diklat karena
setiap ada kegiatan penataran atau diklat si guru tersebut yang selalu dikirim.
Sementara ada guru lain yang jarang bahkan tidak pernah mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti penataran dan diklat.